Senin, 10 Oktober 2016 0 komentar

Maafkan aku Ibu



Maafkan aku IBU
Walaupun pelangi kadang muncul
Selepas gerimis pulang
Tapi ….
Kau selalu mewarnai  setiap saat
Di kala mentari membakar diriku
Kau meredakan dengan kasih sayang mu
                              Ketika aku memarahimu karena  keegoisanku
                              Kau selalu sabar dan tabah
                              Ketika aku malu diejek teman
Karena kau tidak bisa mengaji
Kau belajar membaca iqra 
     Kau selalu mencariku ketika adzan tiba
     Kau selalu mendoakanku yang terbaik
     Kau selalu menemani ku sebelum tidur
IBU….
Maafkan aku
Aku menyesal ketika kau tiada
Ya Allah Ya Tuhanku…..
Ampunilah dosa Alm ibuku
Terimalah beliau di sisi-MU
Amin …..

Senin, 23 Desember 2013 0 komentar

Mengajar dengan Hati

"Betapa ringan langkah kita jika diawali doa dan senyuman karena itu menggambarkan ketulusan hati yang kuat dalam menghadapi banyak hal." 
Itulah yang menggambarkan volunteer Rumah Pelangi dalam mengajar. Banyak hal atau pelajaran yang didapat saat berbagi kepada orang lain.

Teman-teman yang direkrut Rendy diantaranya Anggara (Enk), Adi Febriana, Abdul, Ninna, dan Indra. Awalnya mereka bingung mengajar apa?
Saya dan Rendy sebelumnya menjelaskan konsep belajar. Kami itu mengajar dengan hati, kami menerapkan moto “ Not only Teach but also Touch”  Setelah jelas mereka langsung mempraktikan pas kegiatannya. Kak Adi mengajar adik-adik teknik menggambar, kak Ninna mengajar bahasa Inggris, kak Abdul dan kak Indra di permainan zaman dahulu.  Selain bermain dan belajar di Rumah Pelangi, kami suka kumpul kadang di rumah Adi, di rumah Rendy, di rumah Ninna, di rumah Rendy, di rumah Abdul, untuk membicarakan tentang kegiatan Rumah Pelangi. Dari seringnya kami berkumpul rasa kekeluargaan kami pun semakin erat. Orang tuanya Rendy, Adi, Ninna, Abdul, Indra, Anggara, termasuk saya sudah seperti keluarga sendiri. 
Adik-adik sedang bermain boy-boyan.

Sedang berimajinasi bersama kak Adi.
suatu hari kami belajar dengan tema tentang impian, adik-adik menuliskan impian-impian yang setinggi tanah sampai setinggi langit. Kemudian mereka mempersentasikan semua impiannya. Saat mendengarkan  persentasi mereka kami sangat terharu.  Ini salah satu kutipan impian dari adik-adik.

Hai teman – teman nama saya Dinda Lestari Febriani
Umur saya sembilan tahun
Saya sekolah di SDN Sindangsari
Sekarang saya kelas tiga
Hobi saya belajar
Cita – cita saya ingin menjadi guru karena aku ingin mengajar anak – anak supaya pintar

Hai teman – teman aku punya banyak impian loh
Aku ingin menjadi penghapal al Quran
Aku ingin menjadi anak yang sholeh dan taat kepada orang tua
Aku ingin menjadi juara membaca al Quran
Aku ingin menjadi anak yang cerdasn seperti guru
Aku ingin ketemu nenek atau kakekku
Aku ingin pergi ke kota bandung
Aku ingin mempunyai ahklak yang baik
Aku tidak ingin mempunyai ahklak yang buruk
Aku ingin menjadi anak yang rajin mengaji
Aku ingin memberangkatkan umroh keluargaku
Aku ingin menjadi anak yang baik kepada semua orang
Aku ingin membeli sepeda baru
Aku ingin pergi ke rumah kakakku
Aku ingin pergi ke dufan/ancol
Aku ingin masuk surga
Aku ingin infak kepada orang yang tidak mampu
Aku ingin bertemu artis terkenal ayu ting ting
Itulah cerita salah satu impian dari adik Rumah Pelangi.
 
Dinda sedang membacakan impiannya di depan teman-temannya.

Saya dan Rendy membaca semua impian adik-adik Rumah Pelangi. Dari semua impian itu rata-rata yang banyak itu mereka ingin bermain ke kota bandung.
Aku dan Rendy pun berdiskusi, “ Ren gimana kalo kita ajak adik-adik ke museum disitu kita sambil belajar kehidupan di kota bandung” ujarku.
“boleh . . . tapi dananya dari mana?”tanggap Rendy.
“soal itu kita berikhtiar  ren, yang penting niatnya karena Allah SWT,” ucapku.
okey sep baiklah ayo kita wujudkan impian mereka,” jawab Rendy.
Akhirnya saya dan Rendy mendiskusikan juga kepada teman-teman yang lain. Semuanya terharu saat saya membacakan sebagian impian dari adik-adik. Kami pun dengan semangat dan penuh keikhlasan menggalang dana/fundraising untuk mewujudkan impian mereka.

22 April 2012
Alhamdulillah dengan izin Allah SWT. akhirnya kami bisa membawa adik-adik Rumah Pelangi ke kota Bandung. Kami berkunjung ke museum Geologi. Disana kami bermain sambil belajar, mereka menulis tentang benda-benda bersejarah. Di museum kami dibantu juga oleh kakak-kakak di KBRII dan ada adik-adik Rumah Mentari. Kang Duddy (penulis buku 10 Pesan Terlarang & 1 Wasiat Tersembunyi) menyempatkan ikut berpartisipasi dalam kegiatan.

 
Kakak-kakak dari KBRII membantu kegiatan tour Rumah Pelangi.

Adik-adik sedang mencatat benda-benda purbakala.


Kang Duddy ikut berpartisipasi dalam kegiatan Rumah Pelangi tour ke museum Geologi.


Semua begitu ceria, semuanya menikmati kegiatannya. Adik-adik sangat mengesankan sekali. Saat kegiatan selesai adik-adik sangat sedih karena masih ingin belajar dan bermain di kota Bandung.

Itu menjadi kenangan dan cerita buat adik-adik saat di Rumah Pelangi. Ceritanya sangat menarik sekali saat adik-adik menceritakan di depan teman-temannya saat kegiatan Rumah Pelangi minggu sore.
Di  bulan September  2012 kami sedih karena Rendy pergi untuk kerja di luar kota. Rendy pergi bukan untuk meninggalkan Rumah Pelangi, dia pergi untuk belajar dan saat kembali dia akan berbagi ilmu atau wawasan yang didapatkan di sana.
Sayonara sayonara sampai berjumpa pulang
Sayonara sayonara sampai berjumpa pulang
Buat apa susah susah itu tak ada gunanya
Buat apa susah susah itu tak ada gunanya
Itu lagu buat Kak Rendy dari adik-adik Rumah Pelangi.
“ hati-hati yah kak Rendy, jaga kondisi, jangan lupa bawa oleh-olehnya yang banyak,” pesan dari adik-adik.

 

 
Minggu demi minggu, bulan demi bulan kita lalui dengan keceriaan bermain sambil belajar di Rumah Pelangi.
22 Desember 2012
Kami membuat acara lagi bermain sambil belajar di kota Bandung lagi. Kali ini kita tidak berkunjung ke museum lagi tapi Jelajah Kota dengan judul kegiatan Jejak Langkah Pelangi. Jelajah Kota ini terinspirasi dari Sahabat Kota. Di acara kali ini ada volunteer dari teman-teman Prospect yang bergabung bersama Rumah Pelangi. Rendy juga menyempatkan pulang dulu ke Bandung untuk membantu acara Jejak Langkah Pelangi.
 Jejak Langkah Pelangi ini mereka harus mencari tahu apa makna gambar yang ada di tulisan (D.A.G.O)   di taman Cikapayang. Pertamanya adik-adik berkumpul di taman Ganesha kemudian dibagi 4 kelompok. Lalu satu persatu keompok berjalan ke taman Cikapayang tetapi untuk ke taman D.A.G.O mereka harus menjalani misi-misinya. Di taman itu mereka harus mencari tahu gambar yang ada ditulisan D.A.G.O
Kelompok 1 mencari tahu makna gambar yang ada di huruf O
Kelompok 2 mencari tahu makna gambar yang ada di huruf D
Kelompok 3 mencari tahu makna gambar yang ada di huruf A
Kelompok 4 mencari tahu makna gambar yang ada di huruf G
            Untuk lebih lengkapnya bisa dilihat ditulisan saya yang Liputan Jejak Langkah Pelangi. Alhamdulillah acaranya lancar kami mendapatkan pengetahuan dari  kegiatan ini.
  http://rumahpelangiii.blogspot.com/2013/07/jejak-langkah-pelangi.html

bersambung

Jumat, 15 November 2013 0 komentar

Dia juga Pahlawan



                                                        Dia juga Pahlawan
                                                                                  Asep Suhendar S

Di kala mentari datang
Kau sudah pergi untuk bekerja
Untuk menghidupi keluargamu
Untuk kebutuhan manusia yang ada di bumi ini
       Teriknya matahari tak membuat semangatmu pudar
       Demi sebutir beras untuk memenuhi kebutuhan hidup semua
       Jasamu sungguh besar petani
Kita hanya tau beras yang sudah menjadi nasi
Tapi tak tau bagaimana proses pembuatannya yang cukup rumit
Kau tak pernah lelah membajak sawah menggunakan kerbau
Demi sesuap nasi
       Padi yang menjadi beras
       Beras yang  menjadi nasi
       Nasi tersebut terdapat karbohidrat yang tinggi
       Sangat berguna bagi kecerdasan otak kita
       Janganlah sia-siakan nasi hasil jerih payah seorang petani

"Puisi di atas penghargaan saya terhadap jasa petani"

   Pagi itu saya disugguhkan dengan pemandangan yang sangat indah. Mentari pagi menambah kecerahan pagi hari. Suara burung menghiasi suasana pagi hari yang cerah. Saya lihat dari kejauhan sana seorang petani sedang membajak sawah.  Saya terperanjat ingin merasakan seperti apa rasanya menjadi seorang petani itu. Lalu saya mengajak Kopral (saudara saya) mencoba merasakan pekerjaan seorang petani.
Saya  dan Kopral pun dengan segera pergi ke sawah dengan tidak beralaskan sandal. Saya langsung terjun ke sawah yang berair. Hati ini benar-benar sangat bahagia bisa main di lumpur sekaligus merasakan pekerjaan seorang petani.
 
    Kemudian saya minta ijin mencoba membajak sawah menggunakan kerbau ke sebut saja pak Ugan. Ini pengalaman pertama saya membajak sawah, biasanya saya cuma melihat petani yang membajak sawah. Saya benar-benar sangat bahagia, ternyata kebahagian itu cukup sederhana. Saya jadi teringat perkataan kak Puti saat belajar B. Inggris di Rumah Mentari setelah menonon video pohon apel. Kak mengatakan “ kebahagian itu sederhana” pesan yang dipetik dari video tersebut.
Saya seperti di wahana dunia fantastik hehehe, tetapi kalau pergi ke sana membutuhkan biaya yang tidak sedikit dan belum tentu ada yang seperti ini. Tapi di sini hanya keluar rumah dan pada saat musim tani tiba saya bisa bermain sekaligus belajar. Dan tidak perlu mengeluarkan biaya.

    Tapi saya khawatir. . . mungkin beberapa tahun lagi sawah di kampung saya akan menjadi perumahan. Kalau ini terjadi saya sangat sedih karena di sawah ini adalah tempat bermain dan belajar saya bersama adik-adik Rumah Pelangi.
   

     Dok. Asep Suhendar S
                                         Saya sedang melihat pak Ugan mencangkul.


  Dok. Asep Suhendar S



  Dok. Asep Suhendar S
Saya mencoba membajak sawah menggunakan kerbau.

   Ini pengalaman berharga saya dalam hidup ini yang akan terkenang selalu. Jujur walaupun saya tinggal di kampung tapi baru kali ini saya merasakan pekerjaan seorang petani.






            dok. Asep Suhendar S
Selasa, 10 September 2013 2 komentar

Hidup Ini Penuh Kejutan

Asep Suhendar S



   Sayup-sayup suara adzan shubuh  menyelusup lewat sela-sela ventilasi jendela. Suara yang begitu sejuk untuk memulai hari dengan sujud kepada Sang Maha Pencipta.Aku sudah siap di atas sajadah di samping kanan tempat tidurku.Wajahku masih terlihat basah oleh titik-titk air wudhu, aku pun bertakbir untuk memulai shalat.

    “ Allahu Akbar.”

Pagi itu  terasa sejuk, suara hening yang menenangkan hati. Aku berserah diri kepada Sang Maha Pencipta. Aku berdoa agar lulus dalam tes SNMPTN.

Kisah ini berawal saat aku mengikuti SNMPTN 2011 jalur undangan  yang diajukan beasiswa bidikmisi oleh sekolah. Aku sangat senang sekali karena waktu itu aku ingin sekali melanjutkan kuliah.Tapi keluargaku tidak memberikan motivasi karena tidak mampu untuk membiayainya. Saat sekolah di SMK juga, keluargaku  sudah tidak mampu membiayai, Alhamdulillah ALLAH SWT memberikan aku jalan untuk biaya sekolah. Aku berdagang di pamanku dan uang itu untuk membiayaiku sekolah.Dan Alhamdulillah aku juga mendapatkan beasiswa di sekolahku.

Tanggal 18 juli 2011 pengumuman SNMPTN jalur undangan, dengan segera aku pergi ke warnet untuk melihat pengumuman itu. Saat aku login dan melihat pengumuman itu ternyata aku dinyatakan . . . . “ tidak lulus “. Tapi aku masih nggak percaya sekali lagi aku login dan hasilnya tetap saja dinyatakan tidak lulus. Aku sempat lemas saat duduk depan komputer, diam membisu pandangan yang kosong. Aku sedih, kecewa dengan apa yang ku lihat saat itu.Aku menarik  napas panjang sambil sesekali mengeluh pelan di sudut sekatan yang memisahkan komputer satu dan komputer yang lain. Aku duduk di sebuah kursi yang bahkan tidak mampu memberikan kesempatan pada tulang punggungku  untuk sekedar bersandar dengan nyaman. Entah sudah berapa jeda waktu aku berdiam di warnet.

    “Ya Allah … apa dosaku?!” hatiku mengeluh sekaligus mencoba instropeksi diri. Mataku terpejam.Tak mampu aku manatap pengumuman SNMPTN yang ada di komputer.
    “ Mengapa Kau timpahkan ini kepadaku?! Tak berhakkah aku mengecap bangku kuliah?” Kecamuk tanya terus bersahut dalam hati dan pikiranku.
“ Sep . . . .!!” Tiba-tiba terdengar suara sapaan yang memecah lamunanku.
Lalu aku menoleh.Disampingku telah berdiri temanku linardi.
“ Gimana sep kamu lulus?” Tanya linardi.
“ Aku belum lulus di . . . tapi aku nggak akan menyerah,” jawabku yang mencoba untuk tegar.

Linardi pun mengajak aku ke sekolah karena ada informasi tentang perpisahan kelas Sembilan.
Hatiku kembali merasakan perih. Pengumuman bahwa aku tidak lulus tes SNMPTN telah membelah-belah hatikku. Separuh semangatku masih tidak mampu menompangku untuk bangkit.Sengaja hari itu sepulang sekolah aku memilih tidur, mematikan hp, mengunci kamar karena aku membutuhkan suasana sendiri untuk membuang kesedihan.

Kadang kala setiap orang membutuhkan waktu untuk sendiri.Bukan cengeng. Tapi dengan sendiri kita akan menemukan detil-detil rasa yang ada di hati, yang ketika di keramaian sulit kita sadari. Sendiri kadang juga membuat kita mampu menyelami kebeningan hati, hingga sanggup mengenali diri sendiri,yang ketika di keramaian nampak selalu terlihat sempurna.
Aku merebahkan tubuh dan jiwaku yang lelah. Tidurku diniatkan sebagai doa dan kepasrahan kepada Tuhan yang telah memberikan segalanya selama ini. Tidak ada mimpi yang menemaniku.
Beberapa hari kemudian aku dikasih tahu oleh temanku.Aku masih bisa mengikuti SNMPTN jalur tes.Dengan segera aku berangkat ke warnet untuk daftar SNMPTN jalur tes secara online.Namun saat aku membaca cara-cara pendaftarannya.Aku harus membayar administrasi dulu sebelum daftar.Keinginanku kandas lagi untuk kuliah.Uang di tabunganku hasil dari berdagang batagor aku ambil untuk diberikan kepada ayahku karena saat itu beliau tidak bekerja dan lagi membutuhkan uang.Lagi-lagi aku diselimuti kesedihan.Namun aku mencoba bangkit dari kegagalan dan kesedihan ini.Aku tak mau terus-menerus meratapi kegagalan yang aku alami.

Aku mencoba intropeksi diri apa yang membuatku belum bisa kuliah. Apa aku terlalu menyepelekan tes itu? Apa aku terlalu sombong sehingga melupakan ibadah kepada Allah SWT? Apa aku  . . .?? Aku mulai bertanya-tanya pada diri sendiri.
Aku meningkatkan lagi beribadah kepada Allah SWT.Tak  lupa juga berikhtiar mencari-cari informasi dan mencari uang dengan berdagang batagor untuk biaya kuliahku nanti. Di minggu akhir bulan juli aku mendapat informasi dari temanku.Pendaftaran Sekolah Tinggi Akutansi Negara (STAN) telah dibuka.Tanpa basa-basi aku langsung mengisi formulir pendaftaran. Aku juga mengajak Rendy mengikuti tes STAN, saat itu rendy juga tidak lulus tes POLBAN. Alhamdulillah seleksi administrasi kami lulus karena nilai kami memenuhi syarat. Namun lagi-lagi aku gagal saat seleksi ujian tertulis.Tentunya aku larut dalam kesedihan lagi tetapi kali ini aku menerima kegagalan yang ku alami.Mungkin Allah SWT telah merencanakan sesuatu yang terbaik kepadaku dengan memberikan kegagalan-kegagalan ini.

Setelah kegagalan-kegagalan itu menerpaku.Aku banyak membaca buku-buku motivasi.Ini membuatku mendapatkan suntikan semangat baru.
Suatu hari Aku dan Rendy pergi ke rumah Anggara untuk sharing, soalnya dia kuliah jurusan Psikologi.Aku mendapatkan lagi motivasi dan semakin bersemangat dalam menghadapi semua ini.Setelah cukup lama kami ngobrol-ngobrol kemudian anggara merekomendasikan buku “10 Pesan Terlarang & 1 Wasiat Tersembunyi”.

Setelah membaca buku itu aku semakin bersemangat dalam menghadapi kegagalan yang menerpaku. Di riwayat penulis terdapat nomor ponsel penulis( kang Duddy).Lalu aku tulis nomor kang duddy tapi aku belum berani menghubunginya. Tetapi aku bergabung di komunitasnya kang duddy
Aku bermain ke rumah Arif. Dia itu temanku sejak kecil walaupun lebih dewasa dariku.Karena waktu kecil itu selain aku bermain dengan teman sebayaku juga sering diajak bermain dengannya.Dia sudah mengetahui kondisi keadaan keluargaku yang semenjak ibuku meninggal. Aku bercerita kalau kegagalan SNMPTN lalu menunjukan buku kang duddy. Arif tertarik juga dan menulis no ponsel kang duddy yang ada di buku itu. Hari berikutnya aku dilhubungi oleh arif  kalau dia udah menghubungi kang duddy. Setelah itu aku juga langsung menghubungi kang duddy.

Saat aku melihat di grup komunitas kang duddy ada kegiatan bermain dan belajar di Mentari.Kemudian aku
menanyakan dimana mentari itu?

Mentari itu bertempat di jalan dago golf, sebelum hari H aku sama rendy bermain ke mentari dulu karena aku belum tahu daerahnya dimana. Ini kali pertama aku mengetahui daerah di kota bandung. Aku hanya tahu daerah kota bandung itu cuma ITC kebon kelapa itupun cuma tiga kali ke kebon kelapa diajak sama kakakku hihihi.  Aku menikmati sekali bermain ke dago itu yang biasanya lihat dago itu hanya dari televisi tapi sekarang aku langsung bermain ke daerah dago. Setelah sampai di dago golf saya bertanya-tanya ke orang sekitar Rumah Mentari.Ada yang menunjukan di sebelah warung kopi.Aku langsung mendekati rumah mentari itu tetapi tidak masuk cuma memastikan tempatnya aja supaya tidak linglung/nyasar  hehehe.Saat hari H aku mengajak rendy nggak bisa ke mentari karena sakit.Akhirnya aku pergi ke mentari sendiri menggunakan angkot. Ternyata saat aku  tiba di dago golf yang ditunjukan tempo hari sama seseorang itu bukan rumah mentari. Aku bertanya-tanya kembali kepada orang sekitar dan tidak ada yang mengetahui. Hampir satu jam aku mencari-cari Rumah Mentari, aku  juga menghubungi kang duddy tetapi tidak aktif karena beliau lagi seminar. Aku terus berusaha mencari Rumah Mentari karena jauh-jauh dari baleendah ke dago golf. Sudah satu jam aku bertanya – Tanya, aku pun istirahat di warung dekat pangkalan ojek. Aku mencoba bertanya kembali dan ini yang terakhir kalau tidak mengetahui aku akan pulang. Ternyata Alhamdulillah ada salah satu tukang ojek yang mengetahui rumah mentari, akhirnya aku diantar sama tukang ojek itu.

Sesampainya di Rumah Mentari saya sangat terkejut ternyata itu adalah rumah belajar.Saya kira Rumah Mentari itu tempat komunitasnya kang Duddy untuk sharing, melakukan kegiatan pengembangan diri.Saya bingung saat pertama datang oleh salah satu pengurusnya Rumah Mentari yaitu Bu Dewi, saya disuruh mengajar anak-anak Rumah Mentari.  Jujur saya bingung mengajar apa ??soalnya waktu itu saya ingin mendapatkan motivasi untuk bisa bangkit dari kegagalan – kegagalan yang saya alami. Dengan pengetahuan yang saya miliki dan saya dapatkan dari sekolah saya aplikasikan kepada mereka. Saya ingat waktu itu mengajar matematika, bercerita tentang pengalaman menarik mereka, dan bermain.Momen yang menyenangkan itu saat mendengarkan cerita pengalaman menarik mereka.Dari situ saya meresa nyaman saat belajar dan bermain dengan anak-anak.Saya mendapatkan motivasi dan semangat baru untuk menjalani hidupku ini. Setiap hari minggu saya suka ke Rumah Mentari selain mengajar anak-anak, saya juga belajar bersama kakak-kakaknya untuk persiapan tes SNMPTN tahun 2012.
 
                                Saat bermain di Marbella (Dago Resort) .
 Setelah dua bulan sering ke Rumah Mentari, saya mulai berpikir dan bertanya-tanya pada diri sendiri. “Kenapa saya bisa dekat sama anak-anak di Rumah Mentari (Dago) sementara di kampung sendiri tidak terlalu dekat?” Dari pertanyaan itu saya mulai belajar beradaptasi dengan anak-anak di kampung saya. langkah awal yang saya lakukan yaitu suka dengan anak-anak dan dunia mereka. Ternyata saya lebih enjoy lagi, mendapatkan semangat dan motivasi yang tinggi untuk terus  belajar.

17 Desember 2011

Saya berdiskusi untuk mendirikan Rumah Belajar sama sahabat DJH (Dina Jero Hate)  yaitu Rendy. Setiap hari saya sebelum saya berjualan batagor selalu menyempatkan waktu kira-kira 2 jam untuk bermain sambil belajar sama anak-anak kampungku. Setelah seminggu saya bermain dan belajar bersama mereka. Saya berdiskusi memberikan nama rumah belajar ini. “adik-adik kakak kan di Dago bermain dan belajar namanya Rumah Mentari, kalau kita nama rumah belajarnya apa yah? Ada yang punya ide? ” tanyaku.
Anak-anak semuanya berfikir mencari nama rumah belajarnya.

“ aku kak ada namanya Rumah Hujan, sekarang kan lagi musim hujan,” jelas salah satu adik.
“ jangan kak kalau Rumah Hujan tuh selalu sedih,” komentar dari adik-adik.
“ apa atuh?? Oiya kakak mau cerita sedikit selama bermain dan belajar sama kalian. Kakak senang sekali bisa bermain dan belajar sama kalian karena kalian itu memberikan warna dalam hidup kakak,” ujarku.
Sebelum saya melanjutkan cerita salah satu adik menyambar perkataan dia bilang  “Rumah Pelangi” dan semua adik-adik menyetujui namanya Rumah Pelangi.
“ Kenapa namanya Rumah Pelangi,” tanyaku.

Mereka menjelaskan karena kata kakak kan kita itu selalu memberikan warna – warni dalam hidup kakak dan semoga dengan namanya Rumah Pelangi bisa memberikan warna-warni untuk masyarakat kita khususnya dan umumnya untuk Indonesia.


  inilah adik-adik yang pertama saya  bermain dan belajar sama anak-anak, juga yang memberikan nama Rumah Pelangi.

1 Januari 2012

Saya dan rendy mempersiapkan segalanya untuk meresmikan Rumah Pelangi walaupun tidak seresmi yang di televise-televisi. Alhamdulillah adik-adik sangat antusias untuk bermain sambil belajar di Rumah Pelangi. Tepat di tanggal 6 januari 2012 kami meresmikan Rumah Pelangi bersama adik-adik. Dengan modal peduli dan di dorong dengan senyum semangat & ceria. Setiap minggu adik-adik bertambah banyak dan saya sama rendy kelawahan. Akhirnya rendy mengajak teman-teman untuk berkegiatan di Rumah Pelangi. Alhamdulillah ternyata ada teman-teman yang mau bergabung untuk berbagi bersama adik-adik. Kami sangat senang saat bermain bersama, penuh dengan keceriaan dan semangat.






                                                                   *bersambung*
Senin, 25 Maret 2013 0 komentar

Indahnhya Menikmati Sore Dengan Kakak-Kakak Rumah Pelangi


Indahnhya Menikmati Sore Dengan Kakak-Kakak Rumah Pelangi
Karya : Salamaturrobi’ah



Oh betapa indahnya . . .
Bisa menikmati sorenya hari bersama kakak-kakak Rumah Pelangi
Dengan ide kakak-kakak yang membuat kami ceria
Aku senang bisa mendengar murid rumah pelangi tertawa dengan riangnya
Aku pun meraba sudah banyak yang mengumpulkan karyannya

Oh inilah kisah yang sangat menyenangkan bagiku bersama kakak-kakak pelangi
Menikmati indahnya sore hari
Aku pun tidak akan melupakan hal terindah ini selamannya

  

gambar dari puisi salama

               
 
;