Remind
of bunda
21 Juni 2005 aku bersama ibu membuat cake untuk ultahku
yg ke-12 besok tgl 22 juni 2005. Aku
senang sekali bisa membuat cake bersama ibu.
“ semoga bertambahnya usiamu menjadikan kamu lebih dewasa, menjadi anak
yg sholeh, anak yg cerdas,anak yg berbakti.” ucap ibuku.
Aku menikmati sekali melakukan kegiatan ini bersama
ibu. Dari sepulang sekolah aku Membantu pekerjaan ibu seperti membersihkan
rumah, cuci piring, membantu ibu memasak. Seharian itu aku menghabiskan waktu
bermainku bersama dengan ibuku.
22 juni 2005 Pukul 04.00 aku bangun, dengan malas
aku berusaha untuk melawan kemalasanku itu
pergi mengambil air wudhu. Belum sempat ke kamar mandi aku melihat cake
coklat lengkap dengan hiasannya ada di meja tamu. Tidak lama kemudian ibu
datang menghampiriku dan mengucapkan “ selamat ulang tahun aa, semoga aa
menjadi anak yang berguna untuk sesama, anak sholeh, orang sukses, dan yg
terutama teruslah menuntut ilmu sepanjang umurmu aa.”
“Jadilah kebanggaan keluarga yah aa, mama sayang
aa.” Ucap ibuku
Aku langsung memeluk erat-erat ibuku dengan penuh kasih sayang.
Kemudian aku mandi dan sholat dulu, setelah sholat
aku memotong cake itu. Cake potongan pertama untuk ibuku tercinta. Dan
potongan yang kedua untukku karena ayah
udah berangkat kerja. Walaupun hanya berdua aku senang sekali karena ibu masih ingat
ultahku.
Setelah itu aku berangkat sekolah. Disekolah aku
mengajak teman –teman main dulu ke rumahku untuk makan cake bareng.
tidak terasa waktu udah menunjukan jam pulang, aku
dan teman- teman langsung ke rumahku. Tapi setiba di rumah ibu udah berangkat
ke rumah saudaraku, ibu jadi juru masak untuk acara hajatan saudaraku.
Walaupun nggak ada ibu tapi aku tetap makan cake
bareng teman-teman. Kami senang sekali bisa makan – makan bareng. Setelah
selesai makan- makan sama teman-teman, sore harinya aku dijemput sama
saudaraku.
Ultahku yang ke-12 tahun ini sangat menyenangkan sekali deh. Entah
kenapa semenjak itu aku jadi suka diam di rumah membantu pekerjaan ibu. Rasanya
aku ingin terus bersama ibu, setiap berada di dekatnya aku merasa nyaman dan
tenang sekali.
Hari demi hari telah ku lewati bersama ibu,
bersenang – senang , bercanda tawa, wah senang deh waktu itu.
Minggu, 25
juni 2005 ibu pergi ke rumah saudaraku tapi aku nggak ikut soalnya ada latihan
sepak bola. Aku sedih banget nggak bisa
pergi bersama ibu, nggak tau aku jadi ingin selalu bersama ibu.
Di sore hari ibu sedang berbicang - bincang sama
tetangga. Waktu itu ibu terlihat berbeda wajahnya begitu cerah, sejuk dilihat.
Di malam hari sebelum tidur aku mendengar ibu ingin membelikanku sesuatu, entah
itu apa ? aku keburu tidur pulas.
Tepat pukul 00.30 ayah melihat saat-saat ibu
dijemput oleh malaikat. Tidak lama kemudian ia membangunkanku sambil menangis.
Aku hanya melek dan bertanya “kenapa yah, ada apa?” (dengan suara yang masih
ngantuk). “ aa lihat si mama,” ucap ayahku sambil menangis.
“ada apa dengan si mama? Si mama kenapa?” tanyaku.
Tidak ada jawaban yang jelas, ia hanya menangis. Aku
langsung ke kamar ibu yang ku lihat ibu
lagi tertidur pulas. Aku menghampiri ayah “ si mama nggak kenapa – kenapa yah,
ia lagi tidur ko.” Kataku.
Tidak ada jawaban lagi, ia hanya menangis. Aku
kembali lagi ke kamar ibu dan berkata “ ma itu si ayah kenapa menangis terus tanpa alasan?”
Tetapi ibu juga tidak menjawab pertanyaanku. Aku
langsung mendekati ibu dan membangunkannya. Namun ibuku tidak bangun – bangun,
aku terus membangunkannya dan menggerak gerakan tubuhnya tetapi ibu tetap juga
tidak bangun.
Kemudian ayah menghampiriku dan berkata “ a si mama
udah pergi.”
“maksudnya???” tanyaku.
Tetapi ia langsung keluar rumah entah itu kemana?
Aku terus saja membangunkan ibu, “ ma bangun dong
ini ada apa sih? Aa bingung ma . . bangun dong ma bangun,” Ucapku.
Satu jam bersama ibu yang tertidur aku terus
membangunkan dan berkata seperti itu. Aku menangis karena sedih, kesal, kecewa
yang menyelimutiku karena belum mendapat jawaban yang jelas dari ibu dan
ayahku.
Kemudian datang tetanggaku dan ia memelukku sambil
berkata “ a. . . mama aa udah pergi, dia
udah meninggalkan aa dari dunia ini, yang tabah yah aa, aa anak yang kuat, anak
yang sholeh.”
“maksudnya? . . . . .” ucapku dengan keras.
“ iya a, mama aa
meninggal. Aa yang tabah yah doakan ia selalu, ia udah tenang di alam
sana.” Penjelasan tetanggaku.
“Tidak . . . . . . . . . .tidak ini mungkin . . .“ teriakku sambil menangis.
Aku berontak dari pelukan tetanggaku dan memeluk ibu.
Aku menangis dalam pelukan ibu, “ ini tidak mungkin . . . mama bangun . . . kemarin mama baik – baik aja.”
Kemudian kakakku datang, belum sempat ia mendekatiku
dan ibu, kakakku jatuh pingsan.
Aku masih tidak percaya dengan semua ini. Mulai dari
ultahku sampai hari –hari sebelum kepergian ibu, aku selalu bersenang –senang,
bercanda bersama ibu.
Lalu aku diajak keluar kamar karena ibuku mau
dimandikan dan dikafani. Saat aku keluar kamar keluarga besar dari ayah dan
ibuku berada di rumahku dengan air mata kesedihan. Mereka pada memeluk dan menasehatiku supaya
tabah.
Aku menangis dan masih belum percaya dengan semua
ini. Ibuku sudah terbalut dengan kain kafan berada di ruang tamu. Sebelum
dikubur aku ingin memeluk ibu yang terakhir.
“ma. . . aa
sayang mama, aa cinta mama, . . . L” ucapan
terakhirku kepada ibu.
Banyak sekali yang mengantarkan ibuku ke pemakaman. Jenazah
ibuku mulai dimasukan ke liang lahat dan dikubur dengan tanah. Aku hanya
menangis dan memeluk kakakku.
Aku masih ingat pesan terakhir dari ibu “jadilah
anak yang berguna untuk sesama, anak sholeh, orang sukses, dan yg terutama
teruslah menuntut ilmu sepanjang umurmu aa.”
Asep Suhendar S