Belajar kehidupan di kota bandung
Oleh : Asep Suhendar S
“Horee
. . . jalan-jalan dan bermain ke kota Bandung” teriak anak-anak dengan wajah dan hati penuh
keceriaan.
.
Mentari menyinari dengan penuh kehangatan. Pagi itu
saya berangkat ke kota Bandung bersama anak-anak pelangi. Ada sebagian anak-anak
yang baru pertama kali mereka bermain ke kota bandung. Saya mengajak mereka
ke salah satu universitas swasta di bandung untuk menjadi menjadi objek
penelitian dalam praktikum tes psikologi. Setelah selesai praktikum saya
mangajak mereka ke gramedia. Tetapi saya tidak memberitahu dimana gramedia itu
berada. Saya memberi kata ajaib kepada “ bertanya”. Mereka semua sudah paham dengan
kata ajaib itu. Dengan segera mereka langsung action. Mereka menanyakan
gramedia kepada orang lain yang mereka temui.
Perjalanan
menuju gramedia. Anak-anak mau bertanya dimana gramedia itu.
Di perjalanan menuju gramedia kami melihat potret
kehidupan anak-anak jalan, pengemis. Mereka sedang makan di suatu tempat
berkumpul. Ada yang sedang bermain, ngobrol-ngobrol, dan melakukan aktivitas
lainnya. Kami semua bersyukur masih punya keluarga, rumah. Dari situ anak- anak
lebih menghargai orang lain dan lebih bersyukur dengan apa yang kita miliki
sekarang.
Akhirnya
ketemu juga . . . . .
“Horeee . . . oh ini toh gramedia teh hehehehe” teriak
anak-anak saat menemukam gramedia.
Kami langsung masuk
ke gramedia dan menitipkan dulu barang bawaan kami. Anak-anak merasa
berbeda berada di gramedia. Ruangannya terasa dingin padahal terik matahari
begitu menyengat dari luar. Sebagian anak-anak
yang baru pertama kali juga mereka berada di ruangan ber-AC. Kami membaca
buku-buku yang ada di gramedia. Banyak buku yang bagus-bagus.
Anak-anak sedang membaca buku-buku yang ada di
gramedia.
Sesudah mereka puas membaca buku. Mereka
berjalan ke lantai dua. Ternyata mereka bukan mau membaca lagi tetapi
mereka malah bermain di escalator. Mereka turun naik escalator. Begitu lucunya
kelakuan mereka. Saya sangat senang melihat keceriaan mereka.
Setelah itu saya mengajak mereka ke tempat orang –
orang yang hidupnya mewah. Saya mengajak mereka ke mall. Kami mengamati
orang – orang yang berada di sana. Berbeda sekali dengan orang- orang yang tadi
kami lihat diperempatan jalan. Dari situ kami sangat bersyukur dengan keaadaan
kami yang seperti ini. Kami masih bisa sekolah, bermain dengan ceria,
jalan-jalan bersama teman-teman, dan lain-lain. Tetapi tidak seperti anak-anak
yang ada di perempatan jalan tadi. Mereka tidak bisa sekolah, tidak bisa
bermain dengan ceria seperti kita. Mereka itu beraktivitas dengan mencari uang
untuk makan, untuk menyambung hidupnya, untuk membeli sebungkus nasi. Panas
hujan silih berganti tetapi mereka tetap berusaha mencari uang dengan mengamen,
meminta-minta, menjual angsongan.
“hey teman-teman disini banyak escalatornya horee
. . . “ sahut salah satu anak kepada teman-tamannya.
Mereka begitu
senang dengan tangga berjalan itu. Beberapa kali mereka turun lagi ke tangga
bawah saat mau sampai ke lantai atas. Mereka begitu senang, ceria, gembira.
Waktu begitu cepat matahari sudah sedikit ditelan
bumi. Kami pun turun ke lobi menunggu angkot yang jemput. Banyak sekali
pelajaran hidup yang kami dapatkan dari kota Bandung tercinta ini. Pengalaman yang sangat terkesan di hati yaitu
meraka tidak memakan langsung makanan atau bingkisan yang diberi oleh mahasiswa
yang melakukan penelitian tes intelegensi. Makanan itu mau dimakan bareng sama
ayah, ibu, dan adik mereka. Tepatnya dimakan bersama keluarga mereka. :)
“semua ini untuk oleh-oleh pulang ke rumah dan makan
bersama keluarga”. Seru anak-anak.
Mereka
anak-anak yang hebat. Anak-anak yang cinta dan sayang sama keluarga. Anak-anak
besar hati untuk selalu berbagi.
Itulah yang terkesan di hati saya. Mereka begitu
ingat dengan keluarganya walaupun porsi makanan itu hanya untuk satu orang.
Saya banyak belajar dari anak-anak. Terima kasih anak-anak. Kakak banyak
belajar dari kalian semua. :)
0 komentar:
Posting Komentar